Monday, August 30, 2010

(Indahnya) Pelangi di Kompasiana


Pelangi pelangi…alangkah indahmu,
Merah kuning hijau…dilangit yang biru,
Pelukismu agung…siapa gerangan,
Pelangi pelangi…ciptaan Tuhan.

Lagu AT Mahmud itu terus terngiang di benak sewaktu saya ingin menulis kesan-kesan mengikuti MODIS Bukber Kompasiana dengan pak Menteri Muhammad Nuh di Hotel Santika, Jumat, 27 Agustus 2010. Apa karena terinspirasi pertanyaan mbak Linda Jalil yang cantik dan awet muda ke pak Menteri tentang minimnya lagu anak-anak yang bermutu sekaliber AT Mahmud saat ini atau terilhami sekelumit kata pak menteri yang mengibaratkan komunitas kompasiana (kompasianers) seperti SINAR PELANGI yang dalam istilah ilmiah ME JI KU HI BI NI U (merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu). Adanya beragam warna sinar itu mampu membentuk sinar putih yang disebut sebagai SINAR PENERANG HAKIKI. Satu-satunya sinar yang mutlak memberikan pencerahan pada umat manusia. Pak Menteri juga menerangkan, jika salah satu sinar itu tidak ada, maka sinar putih itu TIDAK AKAN PERNAH tercipta. Jadi adanya keberagaman warna sinar syarat mutlak untuk membentuk SINAR PUTIH  tersebut.


Ya, saya tidak hendak menuliskan reportase karena sudah ditulis secara apik oleh Omjay, Pak Dian, Arrie dan Hesti. Saya hanya ingin menyoroti keberagaman karakter, perilaku dan tulisan kompasianers yang sempat saya kenal, ngobrol, bertemu muka atau bahkan yang hanya sempat saya berpapasan sekilas saat MODIS berlangsung. Saya  melihat sebentuk PELANGI yang terlihat INDAH di kompasiana seperti yang dikatakan pak Nuh. Sebagai newbie 7 hari di kompasiana, jelas saya belum pernah mengenal langsung admin dan kompasianers kecuali Hesti Fazrul sahabat saya di Fakultas Psikologi UI (1984) yang sudah 20 tahun tidak bersua. Melalui tulisannya yang di link ke facebook,  saya mengenal KOMPASIANA sebagai komunitas blogger dibawah naungan kompas.com. Sebetulnya saya familiar dengan ‘nama’ kompasiana karena saya pecinta kolom kompasiana di Koran KOMPAS sejak pelajar SMA dulu. Nuansa tulisan yang unik dan kocak menjadikannya berbeda dari gaya jurnalisme Koran yang biasanya kaku. Berkat kompasiana pula akhirnya saya bisa SHARING dan CONNECTING dengan Hesti.

Meski saya telah (belajar) menulis di blog pribadi selama 1 ½ tahun (sejak Maret 2009), saya tidak pernah tahu dan peduli apakah tulisan saya itu bagus, menarik, bermanfaat, inspiratif atau jelek/asal tulis. Karena komen yang masuk sangat sedikit, maka  saya jarang berkomunikasi/berhubungan dengan blogger lain. Tapi hal yang berbeda saya rasakan di kompasiana. Hanya dalam hitungan menit setelah posting, saya langsung mendapatkan komen dari kompasianers. Bahkan tulisan ke 2 sempat jadi headlines Sabtu, 21 Agustus 2010, sehingga saya kebanjiran komen dan banyak yang ingin menjadi teman. Untuk pertama kali seumur hidup tulisan saya mendapatkan rating MENARIK.  Perasaan jadi berbunga-bunga  dan kesan saya kompasianers  cukup welcome terhadap newbie. Kondisi ini mendorong saya melakukan posting berikutnya dan alhamdulillah  semuanya mendapat respons positif  dari kompasianers.

Sehingga saya jadi ‘rajin’ (alias ketagihan…hehe) membaca tulisan/komen kompasianers lain. Saya ikut komen juga sebagai apresiasi terhadap teman yang sudah mampir/membaca/komen di ‘lapak’ saya. Perlahan saya menangkap berbagai macam karakter kompasianers yang tergambar dari judul, tema, gaya penulisan dan profil. Bias warna pelangi kompasianers  bisa diketahui secara gamblang meski oleh kompasianer baru seperti saya. Keragaman membuat kompasiana bagaikan gadis muda yang sexy, cantik dan mempesona. Sayapun jadi penasaran untuk mengenal realitas ‘asli’ kompasianers apakah serupa dengan karakter yang diciptakannya di dunia maya?  (Mungkin bawaan dari seorang psikolog yang ‘hobby’ melihat karakter dan jiwa orang…hehehe)

Keberuntungan datang, karena hanya selang beberapa hari register di kompasiana, diumumkan acara MODIS Bukber bersama menteri M Nuh di hotel Santika Jakarta. Sempat khawatir apakah saya yang sangat baru ini boleh ikut? Ternyata semua kompasianers boleh ikut hanya dengan persyaratan mengirim email ke panitia.  Ya, Ini kesempatan saya untuk bertemu muka langsung dengan kompasianers yang sudah mewarnai jagad kompasiana. Saya gembira karena mendapatkan beberapa nama yang artikelnya sempat saya baca dan ingin saya temui dari daftar peserta. Saya ingin sekali bertemu ‘tokoh utama’, ‘tokoh lama’, ‘tokoh selebritis’ dan ‘tokoh kontroversial’ dan ‘rakyat biasa’ …tapi ssssst…ini jenis karakter kompasianers menurut versi saya sendiri lho…hehehe

Sayang saya datang terlambat 1 jam karena terjebak macet dan hujan, sehingga  tidak bertemu muka dan berkenalan langsung  kompasianers sebelum acara dimulai. Meski sempat mengikuti presentasi pak menteri, saya hanya bisa bertemu muka/ngobrol pada waktu buka puasa/makan, foto bersama, doorprize dan setelah acara selesai. Meski demikian, sejak saya memasuki ruang pertemuan, saya bisa melihat  PELANGI yang menaungi karakter kompasianers dari tempat mereka duduk.. ‘Tokoh serius’ dan ‘tokoh utama’ duduk di barisan depan. Barisan tengah ‘tokoh netral’ yang ‘cari aman’, ‘penggembira’ dan ‘rakyat biasa’ sedangkan di barisan belakang adalah tokoh ‘kontroversial’, ‘garis keras’, ‘anti kemapanan’ dan yang ‘cuek’. Jadi kompasianers bisa mengingat kembali dimana tempat duduknya, sehingga anda tergolong yang mana. (tapi…jangan dianggap serius lho…hehehe).

Saya beberapa kali memperhatikan sekeliling dan saya melihat PELANGI  meliputi kompasianer dari segi USIA dan GAYA BERPAKAIAN . Terlihat banyak bujang dan gadis seusia anak saya (20 th-an) dengan gayanya yang lugu, ada ibu dan bapak muda (30th-an) dan ada yang usia mapan (35-44th)  dan beberapa bapak/ibu yang udah estewe (45th ke atas) seperti saya.  Gaya berpakaian juga sangat beragam. Ada yang sederhana, stylist, islami, rapi, klimis, modis dan bahkan juga ‘nyentrik’.

Pelangi itu juga muncul pada orang yang dipilih pada acara tanya jawab. Omjay guru yang kocak dan jenaka, Arrie, pejuang LSM yang tegas dan kritis, Ferly yang santun dan lembut, Mbak Linda ex wartawati yang cerdas dan jitu, Mas Rawi yang kalem tapi mendalam serta Mas Edi

Waktu acara buka puasa/makan saya berkesempatan bertemu Bang Faizal Assegaf (Ical), Hazmi Srondol, Ferly, Kang Pepih, Aris, LH, Atika, Nurul, Iskandar, Edi Taslim, Ahmed dan masih banyak lainnya yang tidak bisa saya sebutkan namanya karena tidak semua memakai name tag (selain saya juga lupa…hehehe). Mereka semua mempunyai karakter yang berlainan satu sama lain dan itu mempengaruhi karya tulis mereka di kompasiana. Dan nuansa pelangi semakin mengemuka dengan keberagaman latar belakang pendidikan dan bidang pekerjaan yang digeluti dalam kehidupan sehari-hari. Kesimpulannya saya bisa melihat bahwa realitas kompasianers tidak beranjak jauh dari gambaran karakter yang saya dapat di dunia  ‘maya’ kompasiana.

Sesuai kata mendiknas, PELANGI (yang INDAH) yang ada di kompasiana  (semua merupakan makhluk ciptaan Tuhan).  Meski beraneka bias warna akhirnya mampu melebur menjadi satu SINAR PUTIH (kilatan SENYUM yang menyebarkan kegembiraan dan rasa persaudaraan) seperti yang disaksikan dalam foto jepretan Pak Dian di bawah ini (mohon ijinnya ya pak!).




Pulomas, 30 Agustus 2010

No comments: